Bab 1252
Bab 1252
Bab 1252 Lina Padma
Manajer itu menyadari kalau Nando tengah menggenggam tangan seorang wanita. Itu adalah pemandangan yang tidak pernah dilihatnya sebelumya. Demikian juga dengan para resepsionis cantik yang berada di bagian depan lobi yang hanya bisa menatap Qiara dengan iri. Bisa dikatakan kalau semua wanita lajang yang bekerja di hotel di Andara sangat mengejar–ngejar
Nando.
Karena itu, mana mungkin wanita yang masuk ke hotel sambil menggenggam tangan pria itu tidak membuat mereka merasa iri dan cemburu?
Nando memiliki sebuah kamar pribadi di hotel ini untuk kebutuhan pribadinya. Itu adalah bagian dari pelayanan khusus yang dinikmatinya berkat keluarganya–semua hotel di bawah manajemen Grup Sofyan memiliki sebuah kamar presidential suite yang sengaja disisakan untuk kebutuhannya.
Bianca tengah makan malam di Kediaman Keluarga Shailendra sambil mendengarkan percakapan di antara kedua orangtuanya. Tiba–tiba, ibunya mengatakan sesuatu yang membuatnya tersedak.
“Qiara baru saja bilang kalau dia tidak akan pulang malam ini. Gadis itu sudah dewasa sekarang. Kelihatannya, kita tidak bisa lagi memperlakukannya seperti anak kecil dan mengatur keputusannya.” Content © NôvelDrama.Org.
Bianca langsung mendongak dan berseru, “Bu, bukankah Ibu sudah menyuruh Qiara untuk pulang?”
Maggy memutuskan untuk menghargai keputusan putri sulungnya itu. “Lupakan saja. Biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau!”
Bianca diam–diam mengepalkan tangannya saat mendengar kata–kata itu. Apa itu artinya Qiara bebas melakukan apa yang dia mau sekarang? Dia bebas berpacaran dengan Nando tanpa hambatan? Dia tidak akan dikekang oleh batasan orangtua lagi?!
Di dalam hotel, Nando menuntun Qiara ke restoran yang ada di lantai teratas. Begitu mereka masuk ke dalam restoran itu, sebuah suara manis muncul secara tiba–tiba. “Hai, Nando,”
Qiara menatap ke arah wanita yang memanggil nama Nando dan segera mengenalinya. Wanita itu adalah Lina Padma, salah satu anggota utama dari orang kaya yang pernah sekolah di luar negeri dan juga putri dari seorang pengusaha elektronik terkemuka di Andara.
Nando menoleh ke arahnya dengan tidak acuh. Sementara itu, Lina bangkit dari kursinya dan menyapanya dengan antusias.
“Nando, kenapa kamu tidak ikut makan malam bersama kami?” tanyanya sambil menunjuk meja tempatnya duduk tadi.
Qiara merasa jengkel saat mendengar ajakannya itu, dan hal pertama yang terlintas di pikirannya adalah: Jangan sampai kami satu meja! Untungnya, sebuah lengan tiba–tiba merangkul bahunya saat
itu. Hal itu diikuti oleh sebuah suara dalam. “Maaf. Saya ingin makan malam berdua bersama kekasih saya.”
Tatapan Lina langsung teralih dari wajah Nando ke wajah Qiara, dan dia menatap Qiara dengan ragu– ragu. Wanita yang tampilannya biasa–biasa seperti ini ternyata bisa menarik perhatian Nando?!
Baik dari segi penampilan, figur, ataupun latar belakang keluarga, Nando adalah salah satu pria paling dicari di Andara. Karena hal itu, dia selalu menjadi incaran dari para wanita lajang dan kaya yang akan menatapnya dengan buas. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menikahi anggota Keluarga Sofyan, namun dia tidak pernah memberikan mereka kesempatan sedikitpun untuk berhasil,
Lina adalah salah satu dari para wanita itu.
Perasaannya saat itu sangatlah campur–aduk dan dipenuhi oleh kecemburuan. Demi bisa mendekatinya, dia sudah menggunakan semua cara untuk mengetahui tipe wanita yang disukainya dan mencoba sekuat tenaga untuk menyerupai tipe wanita kesukaannya itu.
Meskipun dia sudah berusaha sekuat tenaga, dia tiba–tiba mengetahui kalau seorang wanita yang tidak sebanding dalam hal apa pun dengannya sudah menjadi kekasih Nando. Itu seperti penghinaan langsung untuknya.
“Saya pikir saya tidak bertemu wanita ini sebelumnya! Siapa namamu?” tanyanya sambil
tersenyum.
“Halo, nama saya Qiara Shailendra.” Qiara menyapanya dengan sopan. Lina mungkin tidak mengenalnya, namun dia mengenal Lina.
Ada senyuman yang tersungging di wajah Lina, namun itu hanya sebuah senyuman tipis. Dia hanya berkata, “Baiklah. Ya sudah kalau begitu, saya tidak akan mengganggu makan malam.
kalian.”
Setelah mengatakan itu, dia kembali ke mejanya. Sementara itu, Nando membawa Qiara ke meja terbaik yang ada di restoran itu. Meja itu adalah meja di samping jendela yang sudah dipesankan secara khusus untuk mereka.
Saat Qiara duduk, dia merasakan tatapan iri yang mengarah kepadanya dari arah meja Lina. Meskipun dia menerima kemarahan mereka dengan santai, ini pertama kalinya dia benar–benar mengerti kalau menjadi kekasih Nando adalah hal yang sangat berat.
Lina meraih ponselnya dan menghubungi sederetan nomer. Dia lalu berbicara pada orang di seberang telepon dengan perasaan sangat marah. “Selidiki seorang wanita untuk saya. Namanya adalah Qiara
Shailendra.”
Setelah dia selesai bicara, dia langsung mengakhiri panggilan itu. Wanita–wanita lain yang duduk di sekitarnya segera mendekatinya dan berbisik dengan nada pelan. “Lina, dia bahkan tidak sebanding denganmu dari segi apa pun! Menurut saya, tidak ada hal yang berharga darinya kecuali fakta kalau dia kelihatannya dua tahun lebih muda darimu!”
“Itu benar! Dia tidak memiliki pesona yang bisa membuat Pak Nando tertarik padanya!”
“Dia pasti menggunakan trik–trik yang kotor dan jahat! Lina, jangan menyerah! Berakhir atau
tidaknya dia menjadi nona muda Keluarga Sofyan masih belum pasti!”